Minggu, 21 Oktober 2018

A1. KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN (QS.ALI-IMRAN, 3:18)



KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN
DALAM AL-QUR’AN SURAT ALI IMRAN 3:18

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu: Muhammad Hufron, MSI







Disusun Oleh:
Mualifatul Lutfiani            (2021116045)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2018






KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Kedudukan ilmu pengetahuan ". Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah tafsir Tarbawi. Disamping itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima kasih.


Pekalongan, 30 Agustus    2018



Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa arab, masdar dari alima-ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa inggris ilmu biasanya dipandang dengan kata science, sedangkan pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa indonesia kata science umumnya diartikan ilmu tapi sering juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidangyang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan)
            Ilmu menempatkan kedudukan yang sangan penting dalam ajaran islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang yang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia disamping hadist-hadist nabi yang banyak memberikan dorongan bagi umat untuk terus menuntut ilmu.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana teori tentang ilmu pengetahuan dan sains dalam kesaksian Allah SWT.
2.      Apa dalil orang yang berilmu dalam kesaksian Allah SWT.
3.      Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui teori tentang ilmu pengetahuan dan sains dalam  kesaksian Allah SWT.
2.      Untuk mengetahui dalil orang yang berilmu dalam kesaksian Allah SWT.
3.      Untuk mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.






BAB II
PEMBAHASAN

A.Teori llmu Pengetahuan dan Sains dalam Kesaksian Allah
Arti ilmu : Ilmu sudah menjadi kata indonesia sehari-hari dalam bahasa jawa juga dikenal dengan istilah ngelmu. Keduanya Berasal dari kata yang sama, ngelmu kata yang berasal dari bahasa arab dalam pengertian sehari-hari, yang pertama berkaitan dengan pengetahuan efinisikan sebagai jenis pengetahuan tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara berdasarkan kesepakatan diantara para ilmuan, ilmu ini pada umumnya dibagi menjadi 3 bidang yaitu : ilmu-ilmu pasti, ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan. Di dalam agama islam ilmu menempati kedudukan yang sangat penting  hal ini terlihat bahwa Al Qur’an yang memandang orang yang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia disamping hadis-hadis nabi yang memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.  Mempelajari ilmu telah meningkatkan pengetahuan dan penelitian yang menyebabkan tumbuhnya berbagai cabang ilmu pengetahuan, dan telah mengungkapkan berbagai aspek dari jagad raya. Namun semua ilmu pengetahuan itu disatukan dengan sempurna melalui pengamatan terhadap alam semesta yang diciptakan dan dikendalikan oleh maha pencipta Allah SWT, berbagai hasilnya dalam berbagai ragam bentuk contohnya kosmologi dan kosmografi sampai ilmu kimia. Ilmu-ilmu tersebut menghubungkan pada mata rantai ilmu pengetahuan dan sains dengan  berbagai macam ilmu dikembangkan tanpa menganggu keutuhannya, Al Qur’an menunjukan proses dasar pembentukan alam semesta dalam jagad raya sebagai hasilnya.[1]
            Kata sains dan berbagai turunya sering digunakan dalam Al-Qur’an dalam arti umum(knowledge) termasuk makna sains alam dan kemanusiaan.
Dan mereka bertemu seorang hamba diantara hamba-hamba kami, yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah kamiajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami.
            Dengan demikian dalam pandangan islam menuntut ilmu adalah suatu pencarian religius yang wajib dilakukan setiap muslim yang pada hakikatnya hal ini adalah keperluan manusia untuk menyelaraskan dan keseimbangan dalam menjalankan kehidupan. Dari berbagai ayat Al-Qur’an dan hadist diatas secara tegas menunjukan bahwa menuntut ilmu dalam pengetahuan pandangan islam bukan hanya ditunjukan pada ilmu agama.hal ini ditunjukan oleh ungkapan “negeri cina” cina tentunya bukan tempat yang tepat untuk mempelajari ajaran-ajaran islam mengingat tingkat kesulitanya yang tinggi  untuk mencapai kenegri cina, memerlukan perjuangan yang berat.[2] Cinta tanah air adalah bagian dari iman berbunyi “Hubb al-wathan mina al-iman” menunjukan  Cinta tanah.
            Islam pernah mencatat pencapaian sains yang ditandai oleh perkembangan tradisi intelektual dan kekuatan spirit ilmu pengetahuan yang didasari oleh filsafat ketauhidan dan ajaran dal Al Qur’an yang dibawa oleh muhammad saw hingga mencapai kejayaan sains sampai abad pertengahan. Nilai kegunaan ilmu hanya dapat diartikan bagi pencapaian tujuan hidup. Sedangkan pengetahuan dibutuhkan oleh manusia untuk memecahkan setiap persoalan yang muncul disetiap kehidupan manusia untuk mencapai tujuan hidup. Dalam Al-Qur’an  banyak firman yang mengutamakan ilmu pengetahuan dan sains dan memberikan kedudukan yang tinggi kepada orang-orang yang berilmu pengetahuan. Yang artinya”Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan diantara kamu dan beberapa derajat.[3]

1.      Q.S Ali Imran ,3:18
شهدالله انه لا ا له ا لا هو و الملعكة  واولوا العلم  قا عما  با اقسط لا اله ا  لا هؤ الحزيزالحكيم (18)

Artinya :
Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain dia: demikian pula para malaikat dan orang yang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain dia, yang maha perkasa, maha bijaksana.  Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu
kandungan Ayat:
Al Qur’an berusaha mengangkat derajat manusia pada kedudukan yang tinggi dengan memberikan kemampuan kepadanya untuk melihat dan memahami tanda-tanda yang benar dari kebesaran Allah, kemudian memantulkan kembali atas kebesaran dan kemahakuasaanya.
TAFSIR AYAT
Ø    Allah bersaksi, bahwa tidak ada tuhan kecuali dia, dan para malaikat serta orang-orang berilmu berdiri dengan adil.
Yaitu Allah menerangkan keesaan-Nya dengan mengemukakan bukti-bukti alam fisik yang ada dicakrawala dan diri manusia sendir, disamping menurunkan ayat-ayat yang berisi firman-firman Allah untuk mengemukaan keesaan-Nya itu. Dan para malaikat memberikan kabar hal ini kepada rosul serta mereka bersaksi dengan kesaksian yang dikuatkan oleh ilmu yang berasal dari waahyu atau ilham, dan ilmu itu pada para nabi lebih kuat dari pada keyakinan-keyakinan lain. Dan orang-orang yang berilmu mengabarkan keesaan Allah, menjelaskan dan bersaksi dengan kesaksian yang berdasarkan bukti dan adil. Karena orang yang mengetahui sesuatu tidaklah terlepas dari dasar dalil.

            firmanya “dengan adil” maksudnya ialah adil dalam keyakinan. Allah telah menetapkan hukum-hukum ciptaanya berdiri pada prinsip keadilan. Barang siapa yang memperhatikan hukum dan seluruh sistem yang begitu rumit pada alam ciptaanya, maka akan jelas baginya keadilan Allah dalam bentuk yang amat sempurna dan paling jekas. Maka tegakan Allah dengan keadilan pada setiap ciptaannya menjadi bukti atas kebenaran kesaksianya.nya bahwa kesatuan sistem diseluruh alam ini menunjukan keesaan penciptaanya. Kemudian Allah menegaskan bahwa dia semata yang tunggal dalam ketuhananya dan tegak pada keadilan, dengan firman-Nya.
Ø  tidak ada tuhan kecuali dia, Maha perkasa lagi Maha bijaksana.
Keperkasaan menunjukan kesanggupan yang sempurna. Dan kebijaksanaan menisyaratkan pengetahuan yang sempurna. Sedangkan kesanggupan tidak akan terwujud dengan baik kalau tidak memiliki kemandirian dan kebebasa. Sedangkan keadilan tidak akan terwujud dengan sempurna kalau tidak mengerti segala kepentingan dan keadilan yang meliputinya. Barang siapa yang memiliki sifat seperti ini, tentu tidak ada sesuatupunyang dapat mengalahkannya dalam menegagkan huku-hukum keadilan, dan juga tidak akan menyimpang dalam menciptakan sesuatu dari pengetahuan yang tepat.[4]
            Allah telah menjelaskan bahwa tiada tuhan selain dia.dengan segala ciptaanya ini pada langit dan bumi, pada lautan dan daratan, pada tumbuh-tumbuhan dan binatang dan segala alam semesta, Allah telah menjelaskan bahwa hanya dia yang mengatur. Maka segala yang ada ini adalah penjelasan atau keesaan Allah dari Allah, menunjukan bahwa tiada tuhan melainkan Allah. “Demikianpun malaikat” dalam keadaan mereka yang ghaib itu semuanya telah menyaksikan, telah memberikan syahadah bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah,. Sebab malaikat adalah sesuatu kekuatan yang telah diperintahkan oleh tuhan melaksanakan perintahnya, taat dan patuh mereka menjalani perintah itu.kita tidak dapat melihat malaikat dalam bentuk rupa yang asli, tetapi kita dapat merasakan adanya. Diatara malaikat itu ialah jibril yang diperintahkan tuhan menyampaikan wahyu kepada nabi muhammad SAW dan wahyu itu telah tercatat menjadi Al-Qur’an dan Al Qur’an telah terkumpul menjadi mushhaf. Oleh  sebab itu didalam tangan kita sendiri kita telah mendapat salah satu bekas shahadah dari malaikat. “Dan orang-orang yang berilmu”pun telah menyampaikan syahadahnya pula, bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah. Bertambah mendalami ilmu bertambah pula menjadi kesaksian dia bahwa alam ini ada bertuhan dan tuhan itu hanya satu, yaitu Allah dan tidak ada tuhan yang lain, sebab yang lain adalah makhluk belaka. “bahwa dia berdiri dengan keadilan” yakni setelah Allah menyaksikan dengan qodrat-iradatny, dan malaikat menyaksikan dengan ketaatnya, dan manusia yang berilmu menyaksikan dengan menyelidikan akal bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah, maka timbul pula kesaksikan Allah berdiri dengan keadilan. Bahwa tuhan pencipta Alam dengan perseimbangan dan tuhan menurunkan perintahnya dengan adil, serta seimbang.
Imam Ghazali didalam kitab Al-llmi dan didalam kitabnya “Ihya Ulumudin” telah memahkotai karangannya itu ketika memuji martabat ilmu bahwa ahli ilmu yang sejati telah diangkat tuhan, yaitu dengan tuhan dan dekat dengan Allah. Pada dua nama, Aziz dan hakim, gagah dan bijaksana, terdapat lagi keadilan tuhan Allah itu gagah perkasa, hukumnya keras tangguh dan penuh kedisiplinan  tetapi dengan kegagahan itu di imbangi dengan sifatnya yang lain: yaitu bijaksana. Sehingga Allah tidak pernah berlaku sewenang-wenang karena kegagahan perkasaanya dan tidak pernah pula bersikap lemah karena kebijaksanaanya. Diantara gagah dan bijaksana itulah terletak keadilan.[5]
Persaksian paling mulia yang bersumber dari raja yang maha agung dan dari para malaikat serta orang-orang yang berilmu, atas suatu perkara yang paling mulia yang disaksikan oleh pengesaan Allah dan penegakannya akan keadilan. Hal itu mengandung persaksian atas syariat atas ajaran dasar dan pondansi adalah tauhidullah dan pengesaannya dengan ibadah dan pengakuan akan keesaannya dalam sifat-sifat keagungan, kesombongan kesabaran, keperkasaan dan kemuliaan. Juga dengan sifat dermawan, kebajikan, kasih sayang dan perbuatan baik dan keindahan  dengan kesempurnaanya yang mutlak yang tidak dapat dihitung oleh seseorang baik dari makhluk untuk melihat sedikit pun maupun dari mereka mencapainya dari mereka sampai kesanjungannya.[6]
B.Dalil orang yang berilmu dalam keesaan Allah
طلب العلم فر يضة علي كل مسلم

Artinya :” menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”
Allah menjelaskan tentang wahdaniyat Allah, dengan menegakkan bukti-bukti kejadian yang berada dicakrawala luas, dalam diri orang yang berilmu yang mencerminkan hal tersebut, para malaikat memberitahukan tentang para rosul untuk mensaksikan dengan kesaksian yang diperkuat ilmu, orang-orang yang berilmu telah memberitakan tentang kesaksian ini, dan menjelaskan dengan keesan Allah SWT yang disertai dalil dan bukt. Sebab orang yang mengetahui sesama tidak membutuhkan hujjah lagi dan mengakuinya.
            Makna Al –Qisu artinya dengan keadilan dalam akidah, ketahuidan hal ibadah dan akhlak dan amal adalah adanya keseimbangan antara kekuatan rohaniyah dan jasmaniyah.
            Keesan Allah SWT yang berdasarkan keadilan semuanya merupakan bukti kebenaran kesaksianya. Sebab adanya kesatuan dan persatuan  tantanan sistem alam semesta ini menunjukan kesatuan penciptanya.
            Kemudian Allah SWT mengukuhkan dirinya yang menyendiri dengan sifat wahdaaniyah dan  menciptakan dengan keadilan melalui firmannya.

لا اله هو العزيز الحكيم

Sifat perkasa mengisyaratkan pada kesempurnaan kekuasaan dan sifat bijaksanaan mengisyarakatkan adanya kesempurnaan ilmu pengetahuan.[7]
                                                                                     
C.Kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
a)      Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.
b)      Iman akan mengangkat derajat ilmu, demikian juga ilmu akan mengangkat derajat iman.
c)      Orang yang berilmu akan diberikan Allah kedudukan yang mulia.
d)     Allah menegakan keadilan
e)      Dan Allah meninggikan orang-orang yang berilmu diantara mereka, khususnya derajat-derajat dalam kemuliaan dan ketinggian dalam kedudukan.
f)       Allah Swt memberikan sebuah akal dan  pikiran serta pengetahuan kepada manusia.[8]













[1] Afzalur Rahman, Al-Qur’an sumber ilmu pengetahuan,(jakarta,PT Rineka Cipta, 2000),hlm.8
[2] Hasan Basri jumin, Sains dan teknologi dalam islam, (jakarta, PT Raja grafindo persada,2012),hlm.13
[3] Heri Setiawan,M.Hum, Pengantar studi ilmu islam,(Bandung,Pustaka Kasidah Cinta,2011),hlm.139
[4] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,(yogyakarta, sumber ilmu, 1986),hlm.151-153
[5]  Prof.Dr.hamka, Al-Azhar, (jakarta:pustaka panjimas,1983),hlm.128-130
[6] Syaikh Abdurohman,Tafsir ALQur’an,(jakarta,Dar Ibn Al jauzi,2016).hlm.417
[7]Bahrun Abu bakar,AlTafsir(Semarang,PT karya Toha Putra,1992)Hlm.206-207.

[8] http://multiply.com,azkiahweblog kedudukan ilmu pengetahuan,31 Agustus 2018, pukul 14:13


TAFSIR TARBAWI



HASIL PERKULIAHAN MATA KULIAH TAFSIR TARBAWI A1-A4

Disusun guna Memenuhi Tugas Ulangan Tengah Semester
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : M. Hufron, M.S.I



Disusun Oleh :
Siti Aminah (2117233)





KELAS C


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018



A.   KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN
A1 .  Kesaksian Allah            (QS.Ali-Imran, 3:18)
a.      Teori llmu Pengetahuan dan Sains dalam Kesaksian Allah
Arti ilmu : Ilmu sudah menjadi kata indonesia sehari-hari dalam bahasa jawa juga dikenal dengan istilah ngelmu. Keduanya Berasal dari kata yang sama, ngelmu kata yang berasal dari bahasa arab dalam pengertian sehari-hari, yang pertama berkaitan dengan pengetahuan efinisikan sebagai jenis pengetahuan tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara berdasarkan kesepakatan diantara para ilmuan, ilmu ini pada umumnya dibagi menjadi 3 bidang yaitu : ilmu-ilmu pasti, ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan. Di dalam agama islam ilmu menempati kedudukan yang sangat penting  hal ini terlihat bahwa Al Qur’an yang memandang orang yang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia disamping hadis-hadis nabi yang memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.  Mempelajari ilmu telah meningkatkan pengetahuan dan penelitian yang menyebabkan tumbuhnya berbagai cabang ilmu pengetahuan, dan telah mengungkapkan berbagai aspek dari jagad raya. Namun semua ilmu pengetahuan itu disatukan dengan sempurna melalui pengamatan terhadap alam semesta yang diciptakan dan dikendalikan oleh maha pencipta Allah SWT, berbagai hasilnya dalam berbagai ragam bentuk contohnya kosmologi dan kosmografi sampai ilmu kimia. Ilmu-ilmu tersebut menghubungkan pada mata rantai ilmu pengetahuan dan sains dengan  berbagai macam ilmu dikembangkan tanpa menganggu keutuhannya, Al Qur’an menunjukan proses dasar pembentukan alam semesta dalam jagad raya sebagai hasilnya.[1]
Kata sains dan berbagai turunya sering digunakan dalam Al-Qur’an dalam arti umum(knowledge) termasuk makna sains alam dan kemanusiaan.
Dan mereka bertemu seorang hamba diantara hamba-hamba kami, yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah kamiajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami.
Dengan demikian dalam pandangan islam menuntut ilmu adalah suatu pencarian religius yang wajib dilakukan setiap muslim yang pada hakikatnya hal ini adalah keperluan manusia untuk menyelaraskan dan keseimbangan dalam menjalankan kehidupan. Dari berbagai ayat Al-Qur’an dan hadist diatas secara tegas menunjukan bahwa menuntut ilmu dalam pengetahuan pandangan islam bukan hanya ditunjukan pada ilmu agama.hal ini ditunjukan oleh ungkapan “negeri cina” cina tentunya bukan tempat yang tepat untuk mempelajari ajaran-ajaran islam mengingat tingkat kesulitanya yang tinggi  untuk mencapai kenegri cina, memerlukan perjuangan yang berat.[2] Cinta tanah air adalah bagian dari iman berbunyi “Hubb al-wathan mina al-iman” menunjukan  Cinta tanah.
Islam pernah mencatat pencapaian sains yang ditandai oleh perkembangan tradisi intelektual dan kekuatan spirit ilmu pengetahuan yang didasari oleh filsafat ketauhidan dan ajaran dal Al Qur’an yang dibawa oleh muhammad saw hingga mencapai kejayaan sains sampai abad pertengahan. Nilai kegunaan ilmu hanya dapat diartikan bagi pencapaian tujuan hidup. Sedangkan pengetahuan dibutuhkan oleh manusia untuk memecahkan setiap persoalan yang muncul disetiap kehidupan manusia untuk mencapai tujuan hidup. Dalam Al-Qur’an  banyak firman yang mengutamakan ilmu pengetahuan dan sains dan memberikan kedudukan yang tinggi kepada orang-orang yang berilmu pengetahuan. Yang artinya”Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan diantara kamu dan beberapa derajat.[3]
1.      Q.S Ali Imran ,3:18
شهدالله انه لا ا له ا لا هو و الملعكة  واولوا العلم  قا عما  با اقسط لا اله ا  لا هؤ الحزيزالحكيم (18)

Artinya :
Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain dia: demikian pula para malaikat dan orang yang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain dia, yang maha perkasa, maha bijaksana.  Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu
Kandungan Ayat:
Al Qur’an berusaha mengangkat derajat manusia pada kedudukan yang tinggi dengan memberikan kemampuan kepadanya untuk melihat dan memahami tanda-tanda yang benar dari kebesaran Allah, kemudian memantulkan kembali atas kebesaran dan kemahakuasaanya.
TAFSIR AYAT
Ø    Allah bersaksi, bahwa tidak ada tuhan kecuali dia, dan para malaikat serta orang-orang berilmu berdiri dengan adil.
Yaitu Allah menerangkan keesaan-Nya dengan mengemukakan bukti-bukti alam fisik yang ada dicakrawala dan diri manusia sendir, disamping menurunkan ayat-ayat yang berisi firman-firman Allah untuk mengemukaan keesaan-Nya itu. Dan para malaikat memberikan kabar hal ini kepada rosul serta mereka bersaksi dengan kesaksian yang dikuatkan oleh ilmu yang berasal dari waahyu atau ilham, dan ilmu itu pada para nabi lebih kuat dari pada keyakinan-keyakinan lain. Dan orang-orang yang berilmu mengabarkan keesaan Allah, menjelaskan dan bersaksi dengan kesaksian yang berdasarkan bukti dan adil. Karena orang yang mengetahui sesuatu tidaklah terlepas dari dasar dalil.
firmanya “dengan adil” maksudnya ialah adil dalam keyakinan. Allah telah menetapkan hukum-hukum ciptaanya berdiri pada prinsip keadilan. Barang siapa yang memperhatikan hukum dan seluruh sistem yang begitu rumit pada alam ciptaanya, maka akan jelas baginya keadilan Allah dalam bentuk yang amat sempurna dan paling jekas. Maka tegakan Allah dengan keadilan pada setiap ciptaannya menjadi bukti atas kebenaran kesaksianya.nya bahwa kesatuan sistem diseluruh alam ini menunjukan keesaan penciptaanya. Kemudian Allah menegaskan bahwa dia semata yang tunggal dalam ketuhananya dan tegak pada keadilan, dengan firman-Nya.
Ø  tidak ada tuhan kecuali dia, Maha perkasa lagi Maha bijaksana.
Keperkasaan menunjukan kesanggupan yang sempurna. Dan kebijaksanaan menisyaratkan pengetahuan yang sempurna. Sedangkan kesanggupan tidak akan terwujud dengan baik kalau tidak memiliki kemandirian dan kebebasa. Sedangkan keadilan tidak akan terwujud dengan sempurna kalau tidak mengerti segala kepentingan dan keadilan yang meliputinya. Barang siapa yang memiliki sifat seperti ini, tentu tidak ada sesuatupunyang dapat mengalahkannya dalam menegagkan huku-hukum keadilan, dan juga tidak akan menyimpang dalam menciptakan sesuatu dari pengetahuan yang tepat.[4]
Allah telah menjelaskan bahwa tiada tuhan selain dia.dengan segala ciptaanya ini pada langit dan bumi, pada lautan dan daratan, pada tumbuh-tumbuhan dan binatang dan segala alam semesta, Allah telah menjelaskan bahwa hanya dia yang mengatur. Maka segala yang ada ini adalah penjelasan atau keesaan Allah dari Allah, menunjukan bahwa tiada tuhan melainkan Allah. “Demikianpun malaikat” dalam keadaan mereka yang ghaib itu semuanya telah menyaksikan, telah memberikan syahadah bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah,. Sebab malaikat adalah sesuatu kekuatan yang telah diperintahkan oleh tuhan melaksanakan perintahnya, taat dan patuh mereka menjalani perintah itu.kita tidak dapat melihat malaikat dalam bentuk rupa yang asli, tetapi kita dapat merasakan adanya. Diatara malaikat itu ialah jibril yang diperintahkan tuhan menyampaikan wahyu kepada nabi muhammad SAW dan wahyu itu telah tercatat menjadi Al-Qur’an dan Al Qur’an telah terkumpul menjadi mushhaf. Oleh  sebab itu didalam tangan kita sendiri kita telah mendapat salah satu bekas shahadah dari malaikat. “Dan orang-orang yang berilmu”pun telah menyampaikan syahadahnya pula, bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah. Bertambah mendalami ilmu bertambah pula menjadi kesaksian dia bahwa alam ini ada bertuhan dan tuhan itu hanya satu, yaitu Allah dan tidak ada tuhan yang lain, sebab yang lain adalah makhluk belaka. “bahwa dia berdiri dengan keadilan” yakni setelah Allah menyaksikan dengan qodrat-iradatny, dan malaikat menyaksikan dengan ketaatnya, dan manusia yang berilmu menyaksikan dengan menyelidikan akal bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah, maka timbul pula kesaksikan Allah berdiri dengan keadilan. Bahwa tuhan pencipta Alam dengan perseimbangan dan tuhan menurunkan perintahnya dengan adil, serta seimbang.
Imam Ghazali didalam kitab Al-llmi dan didalam kitabnya “Ihya Ulumudin” telah memahkotai karangannya itu ketika memuji martabat ilmu bahwa ahli ilmu yang sejati telah diangkat tuhan, yaitu dengan tuhan dan dekat dengan Allah. Pada dua nama, Aziz dan hakim, gagah dan bijaksana, terdapat lagi keadilan tuhan Allah itu gagah perkasa, hukumnya keras tangguh dan penuh kedisiplinan  tetapi dengan kegagahan itu di imbangi dengan sifatnya yang lain: yaitu bijaksana. Sehingga Allah tidak pernah berlaku sewenang-wenang karena kegagahan perkasaanya dan tidak pernah pula bersikap lemah karena kebijaksanaanya. Diantara gagah dan bijaksana itulah terletak keadilan.[5]
Persaksian paling mulia yang bersumber dari raja yang maha agung dan dari para malaikat serta orang-orang yang berilmu, atas suatu perkara yang paling mulia yang disaksikan oleh pengesaan Allah dan penegakannya akan keadilan. Hal itu mengandung persaksian atas syariat atas ajaran dasar dan pondansi adalah tauhidullah dan pengesaannya dengan ibadah dan pengakuan akan keesaannya dalam sifat-sifat keagungan, kesombongan kesabaran, keperkasaan dan kemuliaan. Juga dengan sifat dermawan, kebajikan, kasih sayang dan perbuatan baik dan keindahan  dengan kesempurnaanya yang mutlak yang tidak dapat dihitung oleh seseorang baik dari makhluk untuk melihat sedikit pun maupun dari mereka mencapainya dari mereka sampai kesanjungannya.[6]
b.      Dalil orang yang berilmu dalam keesaan Allah
طلب العلم فر يضة علي كل مسلم                                                                               

Artinya :” menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”
Allah menjelaskan tentang wahdaniyat Allah, dengan menegakkan bukti-bukti kejadian yang berada dicakrawala luas, dalam diri orang yang berilmu yang mencerminkan hal tersebut, para malaikat memberitahukan tentang para rosul untuk mensaksikan dengan kesaksian yang diperkuat ilmu, orang-orang yang berilmu telah memberitakan tentang kesaksian ini, dan menjelaskan dengan keesan Allah SWT yang disertai dalil dan bukt. Sebab orang yang mengetahui sesama tidak membutuhkan hujjah lagi dan mengakuinya.
Makna Al –Qisu artinya dengan keadilan dalam akidah, ketahuidan hal ibadah dan akhlak dan amal adalah adanya keseimbangan antara kekuatan rohaniyah dan jasmaniyah.
Keesan Allah SWT yang berdasarkan keadilan semuanya merupakan bukti kebenaran kesaksianya. Sebab adanya kesatuan dan persatuan  tantanan sistem alam semesta ini menunjukan kesatuan penciptanya.
Kemudian Allah SWT mengukuhkan dirinya yang menyendiri dengan sifat wahdaaniyah dan  menciptakan dengan keadilan melalui firmannya.
                                                           
لا اله هو العزيز الحكيم                   

Sifat perkasa mengisyaratkan pada kesempurnaan kekuasaan dan sifat bijaksanaan mengisyarakatkan adanya kesempurnaan ilmu pengetahuan.[7]
                                                                                     
c.       Kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
a)      Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.
b)      Iman akan mengangkat derajat ilmu, demikian juga ilmu akan mengangkat derajat iman.
c)      Orang yang berilmu akan diberikan Allah kedudukan yang mulia.
d)     Allah menegakan keadilan
e)      Dan Allah meninggikan orang-orang yang berilmu diantara mereka, khususnya derajat-derajat dalam kemuliaan dan ketinggian dalam kedudukan.
f)       Allah Swt memberikan sebuah akal dan  pikiran serta pengetahuan kepada manusia.[8]





A2.  Derajat Orang Berilmu           (QS. Al-Mujadalah,58:11)
     Ayat dan arti


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


 “ Hai orang orang yang beriman, apabila di katakan kepada kamu: berlapang lapanglah dalam  majlis – majlis,” maka lapangkanlah niscaya Allah akan melapangkan buat kamu, dan apabila di katakan : “ berdirilah kamu, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antara kamu dan orang orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan allah terhadap apa yang kamu kerjakan Maha Mengetahui.”
B.     Beberapa pendapat tentang ilmu dari sudut pandang
a.       Ilmuwan
Para calon ilmuwan harus mempunyai  motivasi ekstra. Tanpa hal ini, yang terjadi  hanyalah lahirnya ilmuwan gadungan, pseudoscientist, ilmuwan seolah olah. Apa yang sering di sebut ilmuwan oleh masyarakat umumnya bukanllah ilmuwan, melainkan teknisi. Teknisi adalah seseorang yang di latih dan mempunyai tugas atau pekerjaan untuk menerapkan teknik teknik atau prinsip prinsip yang telah di ketahui. Sementara itu ilmuwan adalah seorang yang mencarai tahu dan pengetahuaan sifat alamiah dari realitas  fisik. Ia menghadapi sesuatu yang tidak di ketahui. Ilmuwan menghasilkan sesuatu  yang orisinil jika ide bisa di ukur melalui publikasinya di jurnal internasional : jika produk bisa di ukur dari paten
Kondisi ilmuawan  di dunia ketiga, termasuk dunia islam telah di rekam dengan baik oleh ismail raji al faruqi memberi contoh  seorang dosen universitas negara berkembang  bergelar profesor yang meraih gelar doktor di
negara barat. Dia mendapat pendidikan di sana dan lulus dengan nilai dan prestasi sedang, menuntut ilmu dengan motivasi rendah dan tidak mendapatkan semua ilmu yang bisa di perolehnya di sana dia merasa cukup puas untuk lulus, mendapat  gelar, kembali ke negeri asalnya, dan mendapatkan posisi penting serta  mengutungkan. Buku buku yang di bacanya ketika masih kuliah adalah puncak pengetahuannya. Karena kini dia tidak memiliki waktu  tenaga dan motivasi untuk mendobrak batas pengetahuan yang di miliki.[9][1]
b.      Filosof ( perselisiahan socrates dan aristoteles)
 Socrates  berpendapat  bahwa fadilah adalah makrifat, maka jika manusia telah  mengetahui fadilah secara mantap, maka akalnya akan terbuka dan hatinya akan menjadi tenang dan ia harus mempertahankan  jika tidak berarti telah terjadi kekacauan dalam makrifatnya, dan makrifat yang ia miliki hanyalah khayalan yang tidak tertanam dalam akalnya. Karena tidak mungkin seorang berakal, yang ingin mengetahui bahwa api bersifat membakar kemudian membakar dirinya terlebih dahulu hanya untuk mengetahuinya.
            Sementara, Aristoteles berbeda dengan gurunya atau gurudari gurunya socrates ia berpenda makrifat semata mata   tidak akan mengantarkan menuju fadilah. Berapa banyak orang mengetahui fadilah namun mereka justru  melakukan sebaliknya karena karena dorongan insting  dan nafsu mereka dan lainya sehingga di butuhkan unsur ‘’ kemauan ‘’ di samping makrifat (pengetahuan).[10][2]

C.     Pengertian Secara Umum
Sesudah allah melarang para hamba dan berbisik bisik mengenai dosa dan pelanggaran yang menyebabkan permusuhan, allah memerintahkan kepada mereka sebab kecintaan dan kerukunan di antara orang orang mukmin, dan di antara sebab kecintaan dan kerukunan itu adalah melapangkan tempat di majlis  (pertemuan) ketika ada orang yang datang dan bubar apabila di minta dari kalian untuk bubar
            Apabila kalian melakukan yang demikian itu maka allah akan meninggikan tempat tempat kalian di dalam surga surganya dan menjadikan kalian termauk orang  orang yang berbakti tanpa kekhawatiran dan kesedihan[11][3]
D.    Asbabunnuzul
1.      Tafsir Al maraghi
Berkata Al hasan adalah para sahabat berdesak desak dalam satu majlis peperangan, apabila mereka berbaris untuk berperang, sehingga sebagian mereka tidak memberikan kelapangan kepada sebagian yang lain karena keinginannya  untuk mati syahid. Dan dari ayat ini kita mengetahui :
1.      Paras sahabat berlomba omba untuk berdekatan dengan tempat duduk Rasulullah saw. Untuk mendengarkan pembicaraan beliau, karena pembicaraan beliau mengandung banyak kebaikan dan keutamaan yang besar. Oleh karena itu maka beliau mengatakan. “hendaklah duduk berdekatan denganku orang orang yang dewasa dan berakal di antara kamu.”
2.      Perintah untuk memberi kelonggaran dalam majlis dan tidak merapatkanya apabila hal itu mungkin, sebab yang demikian ini akan menimbulkan rasa cinta di dalam hati dan kebersamaan dalam mendengar hukum hukum agama.
3.      Orang yang melapangkan kepada hamba hamba allah pintu kebaikan dan kesenangan, akan di lapangkan             baginya kebaikan kebaikan di dunia dan di akhirat.
2.      Tafsir Al Misbah
Ada riwayat yang menyatakan bahwa ayat di atas turun pada hari jumat. Ketika Rasulullah saw. Berada di satu tempat yang sempit  dan telah menjadi kebiasaan beliau memberi tempat khusus buat para sahabat yang terlibat di perang badar, karena besarnya jasa mereka. Nah ketika majlis tengah berlangsunng, beberapa orang di antara  sahabat sahabat tersebut hadir, lalu mengucapkan salam kepada nabi saw. Nabi pun menjawab, selanjutnya mengucapkan salam kepada hadirin, yang juga di jawab, namun mereka tidak memberi tempat. Para sahabat  itu terus saja berdiri, maka Nabi saw memerintahkan kepada sahabat sahabatnya yang lain- yang tidak terlibat dalam perang badar untuk mengambil tempat lain agar para sahabat yang berjasa itu duduk di deket nabi saw, perintah nabi itu. Mengecilkan hati mereka yang di suruh berdiri, dan di gunakan oleh kaum munafikin untuk meecah belah dengan berkata “ katanya Nabi muhammad berlaku adil, ternyata tidak.” Nabi mendengar kritik itu nabi bersabda :” Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya.” Kaum beriman menyambut tuntunan Nabi dan ayat di atas pun turun mengukuhkan perintah dan sabda nabi itu[12][4]
E.     . Tafsir
1.      Tafsir Al Misbah
Laraangan berbisik  yang di uraikan oleh ayat ayat yang lalu merupakan salah satu tuntunan akhlak, guna membina hubungan harmonis antara sesama. Berbisik di tengah orang lain mengeruhkan hubungan melalui pembicaraan itu. Ayat di atas  masih merupakan tuntunan akhlak. Kalau ayat yang lalu menyangkut pembicaraan rahasia, kini menyangkut perbuatan di dalam satu majlis. Ayat di atas memberi tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis. Allah berfirman : “ hai orang orang yang beriman,, apabila di katakan kepadamu,” oleh siapapun : “berlapang lapanglah.”  Yakni berupayalah dengan sungguh sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis majlis yakni satu tempat baik tempat duduk maupun bukan tempat duduk, apabila di minta kepada kamu agar melakukan itu maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain itu dengan suka rela. Jika kamu melakukan hal tersebut, niscaya allah akan melapangkan segala sesuatu buat kamu dalam hidup ini Dan apabila di katakan: “Berdirilah kamu” ke tempat yang lain atau untuk di duduk tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk sholat dan berjihad,  maka berdiri dan bangkitlah, allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antara kamu wahai yang memperkenankan tuntunan ini dan orang orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan Allah terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang Maha Mengetahui
Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa allah akan meninggikan derajat orang  berilmu  tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat derajat yakni lebih tinggi dari yang sekedar beriman tidak di sebutkan kata meninggikan itu,sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu  yang di milikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang di  perolehnya, bukan akibat akibat dari faktor di luar ilmu itu.
Tentu  saja yang di maksud dengan alladzina utu al ilm/    yang di beri pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang di sandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun dengan keteladanan
Ilmu yang di maksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam surat Q.S Fathir (35); 27-28 Allah menguraikan sekian banyak makhluk iilahi dan fenomena alam, lalu ayat tersebut di tutup dengan menyatakan bahwa; yang takut dan kagum kepada allah dari hamba hambanya hanyalah ulama, ini lmenunjukan bahwa ilmu dalam pandangann al-quran bukan hanya ilmu agama. Disisi lain itu juga menunjukan bahwa ilmu haruslah  menghasilkan khasyyab yakni rasa takut dan kagum kepada allah yang pada giliranya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk.[13][5]

2.      Tafsir Al Maraghi
Telah di keluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari muqatil dia berkata, rasulullah saw, pada hari jumat pada suffah, sedang tempat itu pun sempit. Beliau menghormati orang orang mengikuti perang badar, baik mereka itu muhajirin atau anshor, maka datanglah beberapa orang di antara mereka itu, di antaranya  sabit inu qais mereka telah didahului orang dalam hal tempat duduk. Lalu mereka pun berdiri di hadapan Rasulullah kemudian mereka mengucapkan salam:“ As-salamualaikum wahai nabi wa arahmatullah wa barakatuh” Beliau menjawab salam mereka. Kemudian mereka menyalami orang orang dan orang orang pun menjawab salam mereka. Mereka berdiri menunggu untuk di beri kelapangan bag mereka, tetapi mereka tidak di berikan kelapangan, hal itu terasa berat oleh Rasulullah saw. Lalu beliau mengatakan kepada orang yang ada di sekitar beliau, “ Berdirilah engkau wahai fulan, berdirilah engkau wahai fulan. Beliau menyuruh beberapa orang untuk berdiri sesuai dengan jumlah mereka yang datang”. Hal itu pun tampak berat oleh mereka dan ketidakenakan beliau tampak oleh mereka. orang orang munafikmengencam yang demikian itu  dan mengatakan, “demi allah, dia tidak lah adil kepada mereka orang orang itu telah mengambil tempat duduk mereka dan ingin berdekatan denganya. Tetapi dia menyuruh mereka berdiri dan menyuruh duduk orang orang yang datang terlambat .” maka turunlah ayat itu.
            Apabila kamu di minta untuk berdiri dari majlis rasulullah saw. Maka berdirilah kamu, sebab rasulullah saw. Itu terkadang ingin sendirian guna merencanakan urusan urusan agama, atau menunaikan beberapa tugas khusus yang tidak dapat di tunaikan atau di sempurnakan penunaianya kecuali dalam keadaan sendiri.
            Mereka telah menjadikan hukum ini umum sehingga mereka mengatakan, apabila pemilik majlis mengatakan kepada siapa yang ada di majlisnya “ Berdirilah kamu “ maka sebaiknya kata kata itu di ikuti.
            Tidak selayaknya orang yang baru datang menyuruh berdiri kepada seseorang, lalu dia duduk di tempat duduknya, sebab telah di keluarkan oleh Al- Bukhari, Muslim dan At- Tirmizi dari Ibnu Umar bahwa rasuullah saw. Mengatakan :

“ Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya. Akan tetapi lapangkanlah dan longgarkanlah”

            Allah meninggikan orang orang mukmin dengan mengikuti perintah perintahnya dan perintah rasul khususnya orang orang yang berilmu di antara mereka derajat derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat tingkat keridaan
            Ringkasnya, sesungguhnya wahai orang mukmin, apabila salah seorang di antara kamu memberikan kelapangan bagi saudaranya ketika saudaranya itu datang, atau jika ia di suruh keluar lalu ia keluar maka hendaklah ia tidak menyangka sama sekali bahwa hal itu mengurangi  haknya. Bahwa yang demikian merupakan peningkatan dan penambahan bagi kedekatanya di sisi tuhanya. Allah Taala tidak akan menyia nyiakan yang demikian itu. Tetapi dia akan membalasnya di dunia dan di akhirat. Sebab barang siapa yang tawahdu kepada perintah allah, maka allah akan mengangkat derajat dan menyiarkan namanya..
            Allah mengetahui segala perbuatanmu. Tidak ada yang samar baginya siapa yang taat dan siapa yang durhaka di antara kamu. Dia akan membalas kamu semua dengan amal perbuatanmu orang yang berbuat baik di balas dengan kebaikan, dan orang yang berbuat buruk akan di balasnya dengan apa yang pantas baginya, atau di ampuninya[14][6]
3.      Tafsir Al azar
            Pokok hidup ini adalah iman dan pokok pengiring nya  adalah ilmu. Iman tidak di sertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok  mengerjakan pekerjaan yang di sangka menyebah allah. Padahal mendurhakai allah  sebaliknya orang yang berilmu saja tidak di sertai atau yang tidak membawanya kepada iman maka ilmunya itu dapat memahayakan dirinya sendiri maupun  bagi manusia  ilmu manusia tentang tenaga atom misalnya, alangkah penting ilmu itu, itu kalu di sertai iman karena dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh perikemanusiaan tetapi ilmu itu pun dapat di pergunakan orang untuk memusnahkan sesamanya manusia karena jiwwanya tidak di kontrol oleh iman kepada allah[15][7]
4.      Al Lubab
Ayat 11 memberi salah satu tuntunan bagaimana  memjalin hubungan harmonis. Ayat ini menyeru kaum beriman bahwa apabia di katakan kepada kamu oleh siapapun “ berupayalah dengan sungguh sungguh, walu dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis majlis, baik tempat duduk maupun bukan untuk duduk maka lapangkanlah tempat itu dengan suka rela agar kamu dapat berbagi dengan orang lain. Jika itu kamu lakukan niscaya alllah swt melapankan segala sesuatu bagi kamu dan hidup ini dan apabila di katakan ‘’berdirilah ketempat lain atau duduki tempatmu oleh orang yang lebih wajar” atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu sperti untuk shalat dan berjihad maka berdiri dan bangkitlah. Allah swt akan meninggikan derajat orang orang beriman di antara kamu, wahai yang memerkenankan tuntunan ini dengan orang orang yang di beri ilmu pengetahuan. Peninggian dengan beberapa derajat kemuliaan  di dunia dan di akhirat. Allah swt maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang[16][8]

F.      Keutamaan beriman dan berilmu
 Allah akan mengangkat kedudukan orang berilmu  di bandingkan dengan orang yang hanya sekedar beriman tapi tanpa ilmu. Karena dengan ilmu, orang yang lebih mudah memahami dan menguatkan ketaqwaan kepada allah. Sementara orang yang hanya beriman akan mudah tergoyang keimanannya jika tidak di sertai dengan ilmu terutama dengan ilmu agama. Perlu di ketahi Ilmu  lebih berharga  di bandingkan dengan harta. Terutama bagi pencari ilmu, ilmu akan menjadikan dan membawa seseorang  selalu di jalan allah ta’ala dan menemaninya ketika di dunia sampai di hantarkannya
kedalam kubur  serta membawanya kepada tempat yang di rindukan yaitu surga. Ilmu juga akan membawa keutamaan orang yang berilmu.

A3.  Hikmah Anugerah Allah swt.           (QS. Al-Baqarah, 2:269)
a.      Hakikat Ilmu Hikmah
Allah memberikan ilmu yang berguna yang bisa membangkitkan kemauan kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, sehingga ia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, lalu dengan mudah dapat membedakan antara ilham yang datang dari Allah dan bisikan setan.[17]
Hikmah didalam Al-qur’an ada dua macam yaitu yang disebutkan dengan sendirian dan yang disusuli dengan penyebutan al-kitab. Yang disebutkan sendirian ditafsiri nubuwah, tapi ada pula yang menafsiri ilmu Al-Qur’an. Menurut Ibnu Abbas R.A, hikmah adalah ilmu tentang Al-qur’an, yang nasikh dan mansukh, yang pasti maknanya dan yang tersamar, yang diturunkan lebih dahulu dan yang diturunkan lebih akhir, yang halal dan yang haram dan lain sebagainya.
Menurut Adh-Dhahhak, hikmah adalah Al-Qur’an dan pemahaman kandungannya. Menurut mujahid, hikmah adalah Al-Qur’an, ilmu dan pemahaman. Dalam riwayat lain darinya, hikmah adalah ketepatan dalam perkataan dan perbuatan. Menurut An-Nakha’y, artinya makna segala sesuatu dan pemahamannya. Menurut Al-Hasan, hikmah adalah wara’ dalam agama Allah.
Adapun hikmah yang disusuli dengan penyebutan Al-Kitab ialah petunjuk amal, akhlak dan keadaan. Begitulah yang dikatakan Asy-Syafi’y dan imam-imam yang lain. Ada pula berpendapat, artinya ketetapan berdasarkan wahyu.
Pendapat yang paling tepat tentang makna hikmah ini seperti yang dikatakan mujahid dan Malik yaitu pengetahuan tentang kebenaran dan pengamalannya, ketepatan dalam perkataan dan perbuatan. Yang demikian ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan memahami Al-Qur’an, mendalami syariat-syariat islam serta hakikat islam.
Hikmah ada dua macam yaitu yang bersifat ilmu dan yang bersifat amal. Yang bersifat ilmu ialah mengetahui kandungan-kandungan segala sesuatu, mengetahui kaitan sebab dan akibat. Penciptaan dan perintah, takdir dan syariat. Sedangkan yang bersifat amal yaitu meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya.
Salah satu sifat-sifat lain hati adalah terang dan gelapnya hati. Hati yang tidak memiliki hikmah-hikmah, baik yang praktis (‘amali) maupun yang teoritis (nazhari), maka hati tersebut adalah hati yng gelap, yang tidak tahu harus berbuat apa dan meyakini apa, tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang batil. Agar hati menjadi terang, maka jalannya adalah dengan mencari hikmah.[18]
Sarana yang bisa menampung hikmah ini, adalah akal yang mampu memberi keputusan dalam menelusuri segala sesuatu dengan berbagai argumentasi, disamping menyelidiki hakikatnya secara bebas. Siapa saja yang telah dianugerahi akal seperti ini, maka ia akan mampu membedakan antara janji Yang Maha Pengasih dan ancaman setan. Ia akan berpegang pada janji Allah, dan membuang jauh-jauh ancaman setan.[19]
                                    Menurut Manazilus Sa’irin, ada tiga derajat hikmah yaitu:
1. Kita memberikan kepada segala sesuatu sesuai dengan haknya, tidak melanggar batasannya, tidak mendahulukan dari waktu yang telah ditetapkan dan tidak pula menundanya.
Karena segala sesuatu itu mempunyai tingkatan dan hak, maka engkau harus memenuhinya sesuai dengan takaran dan ketentuannya. Karena segala sesuatu mempunyai batasan dan kesudahan, maka engkau harus sampai kebatasan itu dan tidak boleh melampauinya. Karena segala sesuatu mempunyai waktu, maka engkau tidak boleh mendahulukan atau menundanya. Yang disebut hikmah adalah yang memperhatikan tiga sisi ini.
Ini hukum secara umum untuk seluruh sebab dan akibatnya, menurut ketentuan Allah dan syariat-Nya. Menyia-nyiakan hal ini berarti menyia-nyiakan hikmah, sama dengan menyia-nyiakan benih yang ditanam dan tidak mau menyirami tanah. Melampaui hak seperti menyirami benih melebihi kebutuhannya, sehingga benih itu terendam air, yang justru akan membuatnya mati. Mendahului dari waktu yang ditentukan seperti memanen buah sebelum masak. Begitu pula meninggalkan makanan, minuman dan pakaian, merupakan tindakan yang melanggar hikmah dan melampaui batasan yang diperlukan. Jadi yang disebut hikmah adalah berbuat menurut semestinya dan pada waktu yang semestinya. Hikmah memounyai tiga sendi yaitu ilmu, ketenangan dan kewibawaan. Kebalikannya adalah kebodohan, kegabahan dan terburu-buru.
2.  Mempersaksikan pandangan Allah dalam hukum-Nya dan memperhatikan kemurahan hati Allah dalam penahan-Nya. Artinya, kita bisa mengetahui hikmah dalam janji dan ancaman Allah serta menyaksikan hukum-Nya.
Dengan begitu kita bisa menyaksikan keadilan Allah dalam ancaman-Nya, kemurahan Allah dalam janji-Nya, dan semua dilandaskan pada hikmah-Nya. Kita juga bisa mengetahui keadilan Allah dalam hukum-hukum syariat-Nya dan hukum-hukum alam yang berlaku  pada semua makhluk, yang didalamnya tidak tidak ada kedzaliman dan kesewenang-wenangan, termasuk pula hukum-hukum yang diberlakukan terhadap orang-orang yang dzalim sekalipun. Allah adalah yang paling adil dari segala yang adil.
3. Dengan tuntutan bukti kita bisa mencapai mencapai basharah, dengan petunjukmy kita bisa mencapai hakikat, dan dengan isyaratmu kita bisa mencapai sasaran. Artinya, dengan tuntutan dalil dan bukti kita bisa mencapai derajat ilmu yang paling tinggi, yang juga disebut bashirah, yang oenisbatan ilmu dengan hati sama dengan penisbatan obyek pandangan kepandangan mata.ini merupakan kekhususan yang dimiliki para sahabat yang tidak dimiliki selain mereka dari umat islam, dan bashirah ini merupakan derajat ulama yang paling tinggi.[20]
Orang yang dikruniakan hikmah adalah orang yang menguasai Qur’an dan Sunnah. Dengan hal ini, mereka memiliki kepemahaman yang mendalam tentang islam. Dan dengan kekuatannya tersebut, mereka menjadi golongan yang bijaksana, yang dapat mengatur hidup mereka dengan baik, dan menadi conto dalam masyarakat.[21]
b.       Dalil Ahli Ilmu Hikmah Anugerah dari Allah SWT
                        Surat Al-Baqarah (2 : 269)
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG-20180906-WA0002.jpg
Artinya :
“Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang yang barakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.
Tafsir ayat:
Ayat ini menunjukkan bahwasanya kekayaan yang sejati ialah hikmat yang diberikan Allah. Kecerdasan akal, keluasan ilmu, ketinggian budi, kesanggupan menyesuaikan diri dengan masyarakat,  itulah kekayaan yang sangat banyak. Betapapun orang menjadi kaya raya, jutawan yang hara bendanya berlimpah-limpah, kalau dia tidak dianugerahi oleh Allah dengan hikmat, samalah artinya dengan orang miskin. Sebab dia tidak sanggup dan tidak mempunyai pertimbangan yang sehat, buat apa harta bendanya itu akan dikeluarkan.
Didalam segala zaman ada saja orang kaya yang tidak diberi hikmat. Dan didalam segala zaman terdapat pula ahli hikmat, tetapi ia tidak kaya tentang harta. Nama orang kaya raya iu hilang setelah dia mati, tetapi ahli hikmat-ahli hikmat kekal namanya jauh dan lama setelah dia mati, karena bekas hikmatnya masih dirasai orang. Tetapi ada pula orang kaya raya dengan harta benda, diapun dianugerahi Allah hikmat. Lalu dikeluarkannya harta benda yang pinjamkan Allah kepadanya itu semasa hidupnya untuk jalan yang baik. Dimana-mana bertemulah harta waqaf yang dia tinggalkan. Anaknya yang shalih mendoakannya, shadaqah jariyah yang dia tinggalkan, mengekalkan namanya dan ilmu pengetahuan yang dia ajarkan menjadi kekayaan yang tidak putus-putus dia mengambil hasilnya, walaupun tulangnya telah berserak didalam kubur.[22]
Allah membukakan samudera kebijaksanaan kepada siapa saja yang menginginkannya. Hakikat dari pengetahuan diri sebetulnya sudah ada daam inti semua makhuk. Tetapi hanya hanya sang pencari sejatilah yang mampu menyelami kedalaman samudera, untuk memperoleh mutiara ilmu dan kebijaksanaan.[23]
c.       Ilmu Hikmah Sebagai Filsafat
Hati memerlukan ilmu dan hikmah agar dengannya nafsu dan amarah dapat dikekang dalam melaksanakan hal-hal yang bermanfaat. Ilmu yang paling mulia adalah ilmu tentang Allah serta keagungannya. Penguasaan ilmu ini dan keyakinan yang lahir darinya akan berbeda antara seseorang dengan yang lain.[24]
Dalam Al-Qur’an dan riwayat, biasanya istilah hikmah digunakan untuk hikmah praktis yang dapat menerangi jalan hati. Seseorang yang dapat berhias dengan hikmah amali (perilaku yang baik), mengetahui apa saja yang harus diperoleh, perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan sifat apa saja yang harus dimiliki, maka dia sebenarnya sedang berjalan dijalan yang terang dan penuh cahaya. Akan tetapi, apabila dia tidak memiliki hikmh praktis dan berjalan dijalan yang gelap, maka meski akidah dan hatinya kuat, naun karena dia tidak tau perbuatan apa saja yang harus dia lakukan dan sifat-sifat apa saja yang harus didapatkan, maka ia tidak akan sampai kemana-mana.
Hati akan menjadi kuat dengan pengetahuan-pengetahuan yang pasti, benardan endatangkan keyakinan, sehingga tidak ada satupun badai keraguan dan syubhat yang mampu menggoyahnya. Dengan hikmah praktis, hati akan menemukan jalannya, jalan itu akan menjadi terang dan bercahaya baginya, sehingga hati tidak akan pernah tersesat dalam kegelapan.[25]
Dengan demikian ilmu hikmah sebagai filsafat merupakan salah satu sarana untuk berfikir agar mendapatkan hikmah dari Allah. Tetapi tentu saja berfikir yang tidak secara rasional tetapi harus dilandaskan dengan Al-qur’an dan As-Sunah. Dengan adanya hikmah dari Allah tentunya kita dapat berfilsafat atau berfikir dalam suatu hal. Tanpa adanya hikmah dari Allah kita tidak akan bisa berfilsafat. Karena dengan adanya hikmah tersebut kita bisa mengetahui sesuatu hal baik maupun buruk dan kita juga bisa membedakan mana yang harus kita lakukan dan mana yang harus kita hindarkan.










A4.  Kesempurnaan Akal Manusia          (QS.Al-Qashash, 28:14)
          PEMBAHASAN
A. Ilmu dan Akal Manusia
            Ilmu adalah yang menjadi landasan bukti petunjuk, dan yang bermanfaat dari ilmu adalah yang dibawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ilmu lebih baik daripada keadaan. Ilmu merupakan petunjuk dan keadaan yang mengikutinya. Keadaan merupakan kendaraan yang tidak bisa berjalan sendiri. Jika tidak disertai ilmu maka ia berjalan menuju tempat yang merusak. Keadaan seperti harta yang bisa berada di tangan orang baik dan orang jahat. Jika tidak di sertai cahaya ilmu, maka ia akan menjadi bencana bagi pelakunya, sedangkan manfaat ilmu seperti air hujan yang merambah permukaan tanah yang tinggi dan rendah, perut lembah dan semua pepohonan. Ilmu merupakan penentu yang membedakan antara keraguan dan yakin, penyimpangan dan kelurusan, petunjuk dan kesesatan. Dengan ilmu, orang-orang yang berjalan bisa sampai kepada Allah.
            Dengan ilmu bisa diketahui berbagai macam syariat dan hukum bisa dibedakan antara yang halal dan yang haram. Dengan ilmu persaudaraan bisa dijalani, dengan ilmu keridhaan kekasih bisa diketahui, dan dengan ilmu bisa menghantarkan ke tujuan yang dekat.
            Bukti paling akurat yang menunjukan kemuliaan ilmu, bahwa kelebihan orang berilmu daripada semua manusia seperti kelebihan rembulan pada malam purnama daripada semua bintang. Para malaikat merundukkan sayapnya kepada mereka dan memayungi mereka. Semua penghuni langit dan bumi memintakan ampunan bagi orang yang berilmu.[26][1]
            Dengan ilmu, hati akan menjadi kuat dengan pengetahuan-pengetahuan yang pasti, benar dan mendatangkan keyakinan, sehingga tidak ada satupun badai keraguan yang mampu menggoyahkan dan hati akan menemukan jalanya, jalan itu akan menjadi terang dan bercahaya baginya, sehingga hati tidak akan pernah tersesat dalam kegelapan.[27][2]
            Potensi yang ada pada manusia hanya akan bersinar jika ‘digosok’ dengan ilmu. Golongan yang menguasai ilmu berada pada maqam atau tempat yang tinggi. Ilmu itu menjurus pada aspek agama dan yang lain-lainnya secara umum. Namun ada juga ilmu yang haram untuk dipelajari seperti ilmu sihir dan ilmu membuat arak.[28][3]
            Akal, menurut Abd al-Jabbar yang membicarakan tentang akal, akal adalah pengetahuan-pengetahuan yang dengannya manusia dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan (lain) dan menjalankan perbuatan-perbuatan yang menjadi kewajibannya. Pengetahuaan itu ada dua macam:
(1) yang dibuat oleh Allah dalam diri manusia tanpa kemampuan manusia untuk menghilangkannya, dan
(2) pengetahuan yang diperoleh manusia melalui penalaran.
            Kalau dikatakan bahwa akal adalah pengetahuan yang dengannya manusia dapat memperoleh pengetahuan lain, maka mau tidak mau pengetahuaan yang termasuk di dalam kesempurnaan akal ini adalah pengetahuan jenis pertama, yakni yang ada pada manusia karena diciptakan Allah di dalamnya, tanpa kemampuan manusia untuk menolaknya; namun tidak semua pengetahuan yang demikian ini termasuk kedalam jenis kesempurnaan akal.
            Pengetahuaan yang termasuk ke dalam jenis kesempurnaan akal ini, menurut ‘Abd al-Jabbar, adalahpengetahuan tentang keadaan khusus yang dialami orang yang punya akal, semisal berkehendak, tidak suka dan berkeyakinan. Serta pengetahuaan tentag yang jelek sebagai jelek, yang baik sebagai baik dan yang wajib sebagai wajib.[29][4]
B. Dalil Hikmah dan Ilmu: Kesempurnaan Akal Manusia
            QS. Al-Qashash : 14
Artinya: “Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna akalnya Kami anugerahkan kepadanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang beruat baik.”
            Ditemukannya seorang bayi disungai pada masa pembunuhan anak-anak Bani Isra’il, kehadiran saudara Nabi Musa a.s. mengamat-amati adiknya, kedatangannya membawa usul kepada Fir’aun agar ia disusukan oleh seorang wanita tertentu, pastilah mengantar kepada terbukanya rahasia asal-usul mereka sebagai salah seorang keluarga Bani Isra’il. Demikian juga, kesediaan Musa menyusu hanya padanya, menunjukan pula bahwa ia adalah anak ibu yang berasal dari Bani Isra’il itu. Indikator-indikator yang demikian jelas itu, tidak disadari oleh Fir’aun dan semua stafnya.[30][5]
(Pangkal ayat 14). Telah dapat dikira-kirakan bahwa kurang lebih 30 tahun dia menjadi “anak angkat” Firaun. Dari kecil dibearkan dalam istana Firaun. Tetapi sejak kecil itu pula ibunya telah membeiasakan membawanya pulang dari istana, bahkan dia diasuh, dibimbing dirumah ibunya sendiri dan disaat-saat yang perlu dibawa keistana. Dengan demikian maka keluarga imran, yaitu nama ayah Musa telah pula mendapat keuntungan dari hubungan anaknya dengan istana. Keluarga Musa, sebagai keluarga Bani Israil golongan yang tertindas dan dipandang hina, karena Musa jadi “anak angkat” telah mendapat hak istimewa yang tidak didapat oleh keluarga bani israil yang lain.
            Lantaran itu, meskipun ia dianggap sebagai “orang istana”, dia tidak terpisah dari kaumnya. Dia mengetahui apa yang dialami oleh kaumnya dia telah selalu melihat kelakuan yang tidak adil yang dilakukan oleh kekuasaan Fir’aun dan segala kaki tangannya terhadap kaumnya. Sebab itu maka pengalaman-pengalaman yang pahit, yang dilihat, yang didengar, menambah pengetahuannya tentang mana yang adil dan mana yang dholim. Kalau terasa dalam hatinya, bahwa kalau dia yang memegang hukum tentu tidak begini yang akan diputuskannya tentang hukum, tentu begitu mestinya. Diapun melihat perbedaan yang mencolok mata tentang perlakuan kepada rakyat kalau yang tersalah itu kaum qubthi, kaum Firaun sendiri, kesalahan itu akan dituup-tutup. Tetapi kalau bani israil yang bersalah, maka hukumnya sangat kejam, tidak sepadan dengan kesalahan atau pelanggaran yang diperbuatnya. Keadaan yang disaksikan tiap hari ini menambah matang pribadi Musa, menambah dia cerdik dan pandai. Allah telah memberinya anugerah Hukum dan Ilmu. Sebab dalam istana niscaya dia diajar sebagai anak-anak orang bangsawan dan dalam masyarakat diajar oleh pengalaman-pengalaman dan melihat kepincangan-kepincangan yang berlaku terhadap rakyat yang lemah. (ujung ayat 14).
            Pada ujung ayat ini dapat kita menggali suatu kenyataan. Yaitu bahwa disamping apa yang telah ditentukan oleh Allah bahwa Musa kelak kemudian hari akan dijadikan nabi dan rasul, dengan kehendak tuhan juga telah ada orang-orang yang berbuat baik, yang telah berhasil usahanya sehingga Musa menjadi seorang yang mengerti hukun dan berilmu. Tentu saja yang berusaha berbuat baik ini ialah orang-orang yang mendidik dan mengasuhnya. Terutama ibu kandungnya, kedua istri Firaun yang budiman itu. dipujikan disini bahwa usaha mereka yang baik itu berhasil.[31][6]
            Dan lebih intinya lagi ayat ini mengkisahkan peristiwa yang dialami Nabi Musa a.s sebelum ia di utus sebagai seorang rasul, dimana ia setelah cukup umur dan sempurna akalnya, Allah memberinya hikmah dan pengetahuan, di ceritakan peristiwa yang dialaminya yang mengantarnya ke tingkat yang di takdirkan Allah baginya, yaitu tingkat kenabian dan kesempatan bermunajat langsung kepada-Nya.[32][7]
            Dari kisah ini, jelas sekali bagaimana Allah swt. “turun tangan” untuk membuktikan kebenaran janji-Nya. Dan ini membuktikan, betapa Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya tanpa disadari sedikitpun oleh Fir’aun.[33][8]
C. Urgensi Ilmu dan Ilmu Hikmah
·         Dapat meningkatkan akan pengetahuan tentang Allah.
·         Dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikannya.
·         Dapat membimbing orang lain.
·         Dapat memecahkan problem manusia dalam masyarakat.
·         Ilmu hikmah bisa untuk menyelesaikan berbagai macam masalah kehidupan, membantu kita kuat mengarungi kehidupan yang penuh cobaan, merupakan sarana memohon perlindungan kepada Allah swt dan mengubah perilaku buruk menjadi baik serta membuat kita semakin dekat dengan Allah swt dan bisa juga sebagai sarana amal ibadah untuk mendapatkan ridha Allah swt.


[1] Afzalur Rahman, Al-Qur’an sumber ilmu pengetahuan,(jakarta,PT Rineka Cipta, 2000),hlm.8
[2] Hasan Basri jumin, Sains dan teknologi dalam islam, (jakarta, PT Raja grafindo persada,2012),hlm.13
[3] Heri Setiawan,M.Hum, Pengantar studi ilmu islam,(Bandung,Pustaka Kasidah Cinta,2011),hlm.139
[4] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,(yogyakarta, sumber ilmu, 1986),hlm.151-153
[5]  Prof.Dr.hamka, Al-Azhar, (jakarta:pustaka panjimas,1983),hlm.128-130
[6] Syaikh Abdurohman,Tafsir ALQur’an,(jakarta,Dar Ibn Al jauzi,2016).hlm.417
[7]Bahrun Abu bakar,AlTafsir(Semarang,PT karya Toha Putra,1992)Hlm.206-207.

[8] http://multiply.com,azkiahweblog kedudukan ilmu pengetahuan,31 Agustus 2018, pukul 14:13










[17] Syekh Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta: Sumber Ilmu, 1986), hlm. 49
Muhammad Taqi Misbah Yazid, 22 Nasihat Abadi Penghalus Budi, (Jakarta: Penerbit Citra, 2012), hm. 53
[19] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Karya Toha Putra Semarang, 1993), hlm. 74
[20]  Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), hlm. 330-333
[21] Danial Zainal Abidin, Al-Qur’an For Life Excellen, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2007), hlm. 29
[22] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ ke 3, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 55 
[23] Syekh Fadhlullah Haeri, Jiwa Al-Quran Tafsir Surah Al-Baqarah, (Serambi: Serambi Ilmu Semesta, 2001), hlm. 186
[24] Danial Zainal Abidin, Al-Qur’an for Life Excellence, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2007), hlm. 31
[25] Muhammad Taqi Mishbah Yazid, 22 Nasihat Abadi Penghalus Budi, (Jakarta: Penerbit Citra, 2012), hlm.53








pecinta hollywood